Monday 17 October 2011

Suatu Pagi di Lantai 3, Pentogan

Udah jadi persepsi banyak orang bahwa hari Senin adalah hari yang puaalinggg menyebalkan #lebay. Banyak alasan sih yang bikin Senin jadi si doi yang kalo bisa gak usah dateng aja. pertama, mungkin karena 2 hari sebelum Senin adalah hari libur (sabtu dan minggu). Biasanya kalo abis libur, orang pada males sekolah apalagi kerja. hahaha maaf gue soktau padahal lulus sma aja belom. kedua, ada yang bilang bahwa sebenernya bukan hari Senin-nya yang bikin bete, tapi 5 hari berikutnya. yayaya.. you know, monday means starting a new week and a new week can be full of laughs or tears.

Dan ternyata hari Senin gue ini adalah bad day. Entah kenapa.. mungkin karena nilai kimia, dimana nilai bab terakhir cuma diambil dari 4 soal terakhir midtest. Jadi kalo salah 1 aja udah dapet 75 -....-. Gak berarti gue gak menyukuri. Gue bersyukur banget alhamdulillah.... But, this awkward feeling can't be destroyed and vanish easily, right?

So, I tried to calm myself down by sitting on a porch, right outside my classroom. I sat there for about 15 minutes. I looked down and found some students having P.E. class on the field. The sun didn't shine too bright and the wind gently stroke my cheek. That really worked! I calmed down.. and by the same time, I created this (in Bahasa Indonesia) :


Kain Sunyi

Di pinggir tebing kuberdiri
Memandangi dasar dengan ngeri
Sesekali bibir ini tersungging
Mencerna kata yang menyelinap,merasuki diri

Apa yang ia katakan?
Pikiranku jauh melayang
Dibawa angin terbang ke khayangan
Ia tergantung indah, hanya sebagai pajangan

Waktu, mengapa ia selalu kusesali?
Padahal kutahu ia tak bisa kembali
Apakah hidupku akan terus seperti ini?
Takdirkah yang telah menyurati?

Aku tak mau pusing mencari tahu
Aku hanya ingin terus berpacu
Menyaingi kecepatan sang waktu
Meski kutahu, ia akan menang, selalu...

Seiring berjalannya waktu, kerumunan itu pun pergi
meninggalkanku berlari sendiri
Peluh bercucuran membasahi dahi
bermandikan mentari yang setia menemani

Hanya satu yang kupinta
Dan yang selalu kuingin
Ia berada jauh di angkasa
16 tahun membeku dalam dingin

Lalu dia datang.. hidupnya terlalu datar dan sepi
Namun pikirannya, sepotong pun aku tak mengerti!
Gayanya yang seolah tak peduli
Membuatku ingin mengusirnya pergi

Seperti air yang selalu mengalir
Atau langit dengan awan yang terukir
Mungkin aku memang tak pantas untuk hal ini
Tapi dia.. dia yang selalu kucaci, membara seperti api!

Hidup memang tampak memihak sebelah
Terkadang membawamu setinggi gunung, lalu melemparmu ke lembah
Namun aku yakin dengan seluruh tumpah darah
Semuanya ada yang mengatur dan Dia tak pernah salah

Tapi, apakah hanya ini yang dapat kulakukan?
Memandangi tanah yang menyilaukan
Disaat mereka menari berduaan,
Aku tak berkutik dalam kesepian

Akankah kubiarkan ia melewatiku?
Seolah tubuh ini terikat benalu
Kencang pada sebuah tiang tak berbatu
Namun apa yang kulakukan? hanya diam menunggu

Akankah kubiarkan mimpi ini pergi?
Dan menyisakan raga yang tak berarti?
Tidak! Akan kubawa kembali emas ke genggaman pertiwi
Untuk sehelai kain yang melambai sunyi


:)

No comments:

Post a Comment

comments