Friday 4 September 2015

Random Thoughts #1 : Misteri Masa Depan

Heloo readers!!

Udah lama yak gue nggak ngepos di blog ini. Udah lupa gimana caranya nulis (emang pernah tahu, Sar?).

Dan selama absen ngepos ini gw banyak berubah. Sueerr!
Idealisme gw semakin terkikis. #Oh noo dimana sarah yang dulu?!

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Anyway, readers kalo denger "Misteri Masa Depan" langsung terbayang apa?
Lemme guess.... hutan, malam, kabut.. kayak gini?


Plis ah ngeliatnya aja gw merinding. Nggak kok. Posting gw kali ini lebih down-to-earth dan aplikatif untuk rakyat jelata seperti diriku ini. So..here it is.

1. Kita nggak tau apa yang bakal terjadi di masa depan. Bisa jadi kita dikasih nikmat yang berlimpah sama Allah, bisa juga malah dapet cobaan dan musibah. Sayangnya, kebanyakan manusia cenderung lebih siap untuk hidup enak, tapi gak siap untuk hidup melarat. Jangan terlalu lama ngendon di zona aman dan jangan terlalu banyak gaya wkwkwk. Coba deh pikirin gimana caranya supaya survive di segala kondisi. Gimanaa ya caranya? 

Mitigasi bencana!!! (Alhamdulillah.. berguna juga nih kuliah IKK) mitigasi bencana adalah penanggulangan bencana yang tujuannya mengurangi dampak yang diakibatkan. Gimana caranyaa?

1. Brainstorming dulu bencana apa yang mungkin lw hadapi
2. Planning..!
- Predisaster phase : Cari tau faktor modifiable & un-modifiable dari bencana itu. Ubah apa yang bisa diubah
- Disaster phase : Pikirin apa yang harus dilakuin saat bencana itu terjadi. Siapa yang pegang komando? Siapa yang ngatur keuangan? Siapa yang ngatur logistik?
- Post disaster phase : Cari tau kira-kira dampak dari bencana itu apa? Trus gimana cara mengurangi risikonya?
3. Ngegaet stakeholder.. tentunya lw nggak bisa ngadepin masalah sendirian. Butuh bantuan temen, keluarga besar, atau yang lainnya.
4. Training...!! Coba adain simulasi bencana. Misalnya, bencana ekonomi (?), tau-tau nggak punya uang. Harus mesti bingit latihan hemat. Yang tiap hari naik mobil, sesekali cobain naik kereta deh. Kalo tiap hari masih jajan, coba bawa bekel.  syedaap

*kok gw jadi kayak ngasih kuliah odong-odong gini ya? :/*


2. Kita emang gak tau apa yang bakal terjadi di masa depan, tapi jangan sampe kekhawatiran itu menghabiskan waktu kita saat ini. Seseorang pernah bilang gini, "masa lalu udah lewat, kita gak bisa ngubah apa-apa. Sedangkan, masa depan belom terjadi, nggak bisa diotak-atik juga. Satu-satunya yang kita punya adalah SAAT INI, dimensi di mana kita berada. So.. enjoy the moment. Selese-in juga masalah yang SEKARANG lagi dihadapin, yang ada di depan mata..baru deh pikirin masalah yang ada nun jauh di singapur sana. (ga nyambung ah)


3. Nikmati dan syukuri apa yang kita punya saat ini. Don't take anything for granted cause we never know when we will run out of time... (nyuri kata-katanya Mbak Meghan gapapa lah yaa :v)
Intinya, jangan sia-siakan apa yang kita punya saat ini. Hargain, dijaga baik-baik, dirawat, diapresiasi.
Kita nggak tau, besok masih bisa nikmatin hal itu lagi, nggak?
Kita gak tau, apakah besok kita masih bisa tinggal di rumah yang nyaman ini lagi nggak?
Kita gak tau, apakah besok kita masih bisa ketemu orang-orang tercinta lagi nggak? LOH KOK JADI BAPER. Iyaa, jadi baper.. apalagi kalo mikirin orang tua dan keluarga. Pengen dipeluk satu-satu rasanya. Walaupun sering dibikin kesel (atau bikin kesel ya?) tapi yaa gitu, terkadang kita take them for granted. Padahal mereka nggak selamanya ada di sini :(


Yaudah ah sekian aja curhat baper nya
Semangaattt H-5 Ujian Modul IKK
Doakan aku yaaaa...! ^_____^

Saturday 8 August 2015

Bodoh dan Gila, itu Beda Tipis

Satu, dua detik, hingga si pendek pun lelah berputar 3 kali
Hawa dingin mulai terasa di ujung-ujung tangan dan kaki
Bagaimana tidak? Tak ada panas yang dihasilkan dari berdiam diri duduk di sini, sendiri.
Teman menungguku hanya patung itu,
yang sama-sama menunggu untuk dibebaskan.

Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan pribadinya;
ada yang sibuk dengan hari besar mereka,
ada yang sibuk menata masa depannya,
ada yang berjuang menggapai mimpinya.

Semua kecuali aku.
Akulah yang tak jelas arah dan tujuannya.

Wahai jiwa, apa yang kau inginkan?
Mengapa begitu rela berkorban?
Rela melakukan hal-hal gila dengan kesudianmu sendiri
Rela memberikan waktumu untuk dihabiskan
Rela memberikan gelasmu untuk dipecahkan

Semuanya itu kau gadaikan
Hanya untuk gemerlap sesaat yang tidak sebanding dengan kasih dan sayang

Kau tahu tak ada tempat bagimu di sini
tapi tetap kau paksakan
Seperti tak punya harga diri, memalukan!
Berkacalah, wahai jiwa...
Memanganya kau ini siapa?
Punya apa?
Otakmu di mana?

Kalau terus begini, wajarlah kau selalu tertipu
Karena kau terlalu dermawan memberikan kepercayaanmu
Padahal hukum rimba tak pernah memenangkan orang-orang yang menunggu
Dan tingginya harapanmu
Melampaui realita yang dapat diukur dengan logika
Mana mungkin dia mau melakukan hal gila se-gila yang kaulakukan?
Mana mungkin dia memberikan lebih dari yang kauberikan?

Mungkin kau telah gila
Kau ini gila karena berpikir semua rencana detilmu itu mungkin terjadi
Tapi beginilah adanya,
Berkali-kali ditipu oleh angan-angan sendiri

Tapi tenanglah..
Kali ini takkan kubiarkan dirimu kau cederai
Akan kutunjukkan betapa lelahnya mengarungi dunia mimpi
Kau akan terbangun dan segera sadar
Bahwa penantian ini sia-sia
Jadi lebih baik, kau pulanglah saja

Kita punya banyak hal untuk dilakukan
Banyak hal yang lebih berharga untuk diharapkan
Tapi kau harus mengatur fokusmu
Meskipun harus berjalan menjauh kemudian berlari
tergopoh-gopoh jatuh kemudian bangkit lagi
Karena kalian memiliki dunia sendiri-sendiri

Tenanglah, kamu begini bukan karena dia
Tapi karena kamu terlalu pandai berimajinasi
Dan menganggap duniamu sebagai taman mimpi

Tidak, bukan begini caranya
Bagaimana bisa didengar jika tak bersuara?
Ah lupakanlah, sayang
Kali ini aku yang salah
Dan setiap yang bersalah harus membayar hukumannya

Tuesday 26 May 2015

Terlalu Berharga Untuk Dilupakan

Singkat cerita, setelah melalui hari yang panjang dengan segala drama kehidupan yang ada di dalamnya, seorang kawan menasihati. Suaranya lembut tapi begitu menegarkan -- yang justru bikin air mata ini makin deras ngocor-nya --   She said,


"Sar, kamu sadar nggak? Kita ini selalu diuji di tempat terlemah kita. Sampe kita nggak lemah lagi di tempat itu, sampe kita bisa lulus, Allah bakal ngasih cobaan yang sama ke kita. Tenang aja, semua pasti ada hikmahnya, Sar. Mungkin Allah lagi menguatkan kamu di sini.
Kamu harus bersyukur, Sar, masih dikasih kecemasan. Artinya, kamu punya kemauan untuk memperbaiki kesalahan. Ada yang dapet lebih parah dari kamu tapi cuek-cuek aja.
Apa yang udah kejadian itu bukan urusan kita lagi. Porsi kita emang berusaha dan berdoa. Nggak lebih dari situ. Kalau gagal ya coba lagi dan coba lagi karena emang cuma itu yang bisa kita lakuin."


Ya emang sih, 'melepaskan sesuatu' selalu jadi bagian yang tersulit untuk gw lakuin. Tapi Allah baik, selalu ngasih kesempatan "remed" ke gw, selalu ngasih kesempatan kedua :""D
Masih banyak nikmat lain yang harus disyukuri, Sar.
Salah satunya, nikmat punya teman-teman yang selalu mengingatkan.

Emang deh mbak yang satu ini calon psikiater banget... (amiin)

Saturday 18 April 2015

From Your Little Girl (4)

They say she always disliked you
She bent back and forth
trying to writhe out of your grip
And she'd scream and whine with all her breath
when you held her close to your ribs

Time flies
The girl who was the height of your waist
is now chasing her own dreams

If She were a river,
you'd definitely be the ocean,
a place where she'd eventually drain herself
No matter where she goes,
or what she does.

It's just that sometimes you forget
that a butterfly was once an ugly caterpillar
a rainbow always comes after rain
and a diamond is made from carbon

The pressure you put inappropriately
will slowly break the things within

Wednesday 15 April 2015

Flight of Ideas; Being an Observer, a Good Listener, and so on

People say that introverts observe their surroundings a lot. Indeed, I can't agree more. I --and also everyone-- am actually an ambivert, but one side is usually much stronger than the other. Me, I tend to be an introvert. So, yes, I observe a lot. When I observe something, it's like I'm talking to myself.. in my head.

In a given time, I can have so many questions and comments popping up in my head that I can barely concentrate on what I'm doing. Like this, for example.. I've been planning to write an article about it for a long time and I can't concentrate on finishing my LTM before doing so.

Because of these terrible sounds inside my head (I swear to you, it's not an auditory hallucination, I'm not psychotic!) sometimes I lose track of what people are telling me. And then voila.. my family label me as a bad listener, sometimes telmi #duh.

But... I do not deny that.

You know, to be a good doctor, you have to be a good listener. So far, I still am a bad listener and I'm ashamed of it. And so I started practicing. Thankfully, in KKD (keterampilan klinik dasar or basic clinical competence) we, medstudents, are taught about how to conduct a qualified interview or anamnesis. We're taught to build rapport with patients, make the conversation flow naturally, and dig information out of the patients so we can analyze and diagnose their illness more accurately. Never thought that I'd study this kind of thing before I entered medical school. No regrets, though. So far it's really interesting and very applicable.

Here are some holes in my communication skill:

1. Names
I used to forget people's names right after they mention it! I used to think that asking someone's name was simply an obligatory question before you start a conversation with somebody. So, when my partner mention their name, instead of listening to it, I was busy managing my facial expression or thinking about what question I should ask next. But now I know that I am totally doing it wrong. Remembering names is REALLY important. When you call your partner by their names, you have done the first step of building rapport with them.

--> To overcome this problem, I repeat their names after they mention it. And keep calling them by their name, not only 'bu', 'pak' or 'mbak' but 'bu XXX', 'pak YYY' or 'mbak AAA'


2. Details
By the way.. don't you know that our brain can discriminate important from non important facts of every sensory input we receive each time?  Sometimes I think that my brain needs an extra training about which ones are the important things and which ones are not.

For example.
"Dek, mama mau pergi yaa..."
"ohh iya ma, kapan? kemana?"
"mau ke rumah nenek. nanti lah, gak sekarang.. jam 2. mama mau ngambil kue dari bude kan kemarin bude jualan."

Idk, but my brain is over selective, that I only remember :
1. mama mau pergi ke rumah nenek,
2. nggak sekarang.
the rests are not important because it's none of my business.

But..... then, the next day when I talk to my mom again....
*buka kulkas* "wah.. ada blackforest.. dari siapa ma?"
"dari bude, dek"
"ohh... lah kapan bude kemari?"
"dek, kan kemarin mama ke rumah nenek buat ngambil titipan"

and I was like.. damn, I didn't pay attention to that!

--> what I do now, is simply reminding myself that I should focus on my partner when they're speaking. I must not hurriedly say "okay" or reply something before I really get what they're talking about. Looking at their face while they're talking can help a bit. Sometimes I reflect their ideas too. Anyway, I'm still learning to do it.

There are some other more, but..
I have to finish my LTM!
^___^

Sunday 5 April 2015

Goodbye To You

Hello, readers.. or may I say stalkers?

Glad that I'm finally able to post an article again after a long vacant period!

It may be illogical, may also be irrational, but i don't care. I usually can help myself not to talk about it. (Mom, Dad, Ken, Towi I hope you don't read this post. But if by chance you do, please don't laugh at me and don't bring this topic up whenever we talk)

First of all, I must admit that having someone watching my move is definitely making me clumsy and giving me goosebumps.

But after thinking much about it, why should I be hesitant to write my feelings again? (No, Sar, you shouldn't, unless they proofread your grammar structure cause you mess up a lot :p). The thing is, I won't let anyone change the way I am without my permission. I don't want to change how I think just to please anybody. It makes me feel like a hippocrate  hypocrite. Besides, I have to practice my own preach about honesty, my pride just won't let me betray it.

-------------------------------------------------------oo0oo-------------------------------------------------------


Dear stranger, 
did you know?
It was my first time
The first time I took a step out of the cage
without anyone to watch me,
nor someone to warn me,
I let myself unguarded 
as I always will.

Did you know?
I was one step ahead when you saw me
When you were far in the distance
I noticed first,
physically as well as psychologically
in a way that I believed 
we'd see again in some other time
in the future, for sure.

when you think you know anything about me,
Just keep in mind that I always one step ahead.
So don't lie
Cause I can tell

Sunday 15 February 2015

Bagaimana dengan Mereka?

Beberapa minggu lalu ketika gw mulai beraktivitas ke kampus lagi, gw melihat pemandangan yang berbeda di sepanjang jalan lenteng agung arah Depok. Biasanya di sisi kanan jalan itu banyak taman-taman buatan yang kecil tapi indah. Lumayan menyejukkan mata. Kalau gw dan paca lewat situ, dia pasti teriak "air terjuuun!!" dan gak bisa melepaskan pandangannya ke sisi kanan jalan sampai deretan taman itu berlalu.

Poor paca, dia nggak bisa melihat air terjun kesukaannya lagi sekarang. Ya, soalnya kios-kios pembuat taman itu sudah dihancurkan, mungkin karena letaknya di pinggir jalan kereta.

Lalu gw pun berpikir..
Mereka pindah kemana ya?

Sebenernya hal ini gak terjadi sama mereka saja. Yang gw lihat, sepertinya PT KAI atau mungkin pemda Jakarta secara umum lagi melakukan penertiban ya? Berbagai kios-kios "liar", seperti di deretan Pasar Minggu itu juga dirubuhin. Di Monas juga udah dilarang jualan. Kalau ketahuan jualan, dagangannya disita..kasihan

Melihat Jakarta tertib? tentu sangat senang. Tapi lagi-lagi gw mikir, 
Mereka pindah kemana ya?

Mereka, walaupun terlihat seperti parasit benalu yang selalu tumbuh dan tumbuh, yang kalau diusir bakal tetep dateng kayak flora normal kulit manusia, sebenernya adalah WARGA INDONESIA juga. Sebenalu apapun mereka, mereka itu punya hak juga loh, dear pejabat-pejabat tinggi Indonesia. 

Mereka juga manusia, mereka punya keluarga. Bahkan biasanya, keluarga ekonomi rendah punya anak (tanggungan) yang lebih banyak dari orang-orang ekonomi tinggi. Lalu, jika penghasilan mereka yang mungkin saat itu saja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka dihilangkan, mereka mau makan apa? mereka mau bertahan hidup dengan cara apa?


Dan dari situlah gw mikir,

"dear pejabat tinggi negara.. jangan paksa mereka untuk berbuat tindakan kriminal."

Mungkin penyebab maraknya pembegalan dan kriminalitas sadis di Depok akhir-akhir ini karena sebagian dari warganya have just lost their jobs.
Secara umum, memang benar, semakin sulit untuk hidup, semakin rendah pula tingkat kesejahteraan masyarakat, semakin tinggi kecemburuan sosial, dan semakin tinggi pula angka kriminalitas.

Coba deh bayangin kalo anda jadi mereka.. 
Anda jualan tissu atau makanan ringan di pinggir jalan, sementara anda melihat orang-orang yang lebih beruntung di dalam mobilnya yang nyaman. Apa yang akan ada pikirkan?

Kesal, cemburu, merasa pemerintah tidak adil, berprasangka buruk bahwa harta yang mereka dapatkan itu haram dan harusnya buat anda, merasa bahwa harta mereka sebagian harusnya buat anda, dan lain-lain.

Apalagi kalau si orang-orang beruntung itu seolah menutup mata akan kehadiran mereka.....
Mungkin mereka akan semakin terdorong untuk melakukan tindak kriminal.


Jadi, jangan terlalu bahagia melihat penderitaan orang lain. Jangan terlalu bahagia dengan penertiban pedagang atau sebagainya.. Karena justru dari situ kitalah yang mungkin jadi korban juga.

Bayangin deh, kalau anda adalah seorang ayah dan anak anda terkena usus buntu misalnya, yang harus segera dioperasi. Tapi anda tidak punya uang untuk membayar biaya operasi. 
Apakah anda akan diam saja melihat anak anda mengerang kesakitan?
Lalu anda akan berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang banyak dalam waktu sekejap?
Percayalah, seorang Ayah akan melakukan hal apapun untuk buah hatinya
Sebesar apapun risiko dan buruknya perbuatan itu..


Jadi, bagaimana dengan mereka?
It's really frustrating to be helpless..

Semoga di kemudian hari tidak ada lagi orang-orang seperti mereka. Caranya? Preventif lebih baik. Tuntut ilmu yang bener selama masih sekolah. Supaya bisa bekerja dan dapat penghidupan lebih baik. Ajarkan etos kerja dan pantang menyerah kepada generasi muda kita.

Sunday 1 February 2015

Word Salad

I want to dive deeper into my soul, my conscience.
Me who once thought that this could be solved easily, figure out that it actually can't.

How can you erase something that doesn't exist?

Your words are encouraging, not to mention your strong tone.
Well, unlike me, you don't have any trouble choosing the right words to say.
It's as though you know me for years, like the back of your hand.
How can they be so painfully beautiful?

I'm just asking you to stand by me cause we don't know the way it's gonna be.
Things go wrong and I need more time to set it right
Will you be there when I hit the ground?

How can I feel happy over your desperation?

What if I take the jump?
What if I can't stop crying my heart out?
Will you be running for me even if I do it for granted?

I guess I'm no longer believe in happy ending
I just don't want to keep kidding myself
before it's too late

I'm gonna slide away
and I won't look back

Thursday 1 January 2015

Semacam Hal yang Paling Ditakuti

Nggak, gw nggak akan ngebahas kuntilanak atau dedemit, tapi gw mau bahas tentang anak. Iya, anak. makhluk krucil kecil yang lucu, imut tapi bisa jadi menyebalkan itu..!
Haha.. random banget ya? maklum lah, udah masuk usia reproduktif. Usia di mana time line lw isinya foto nikahan temen lw, update-an kehamilan temen lw atau foto temen lw dan anaknya. wkwk..

Entah ini terjadi di orang lain juga atau cuma di gw doang.
Menurut gw punya anak itu suatu keputusan yang besar. BANGET. Ini artinya bukan gw nggak mau punya anak loh.. Tapi semacam takut gagal.

Sekarang gw udah sering berinteraksi sama tuyul-tuyul kecil. Ketara banget loh mana anak yang dididik dengan baik sama orang tuanya, mana yang nggak. Anak-anak kecil yang diajarin manners, yang diajarin etos kerja, atau sifat-sifat lainnya itu beda sama anak yang dicuekin aja sama ortunya. (Atau mungkin ortunya gak cuek tapi salah asuhan aja). 

Anak itu ibarat kayu gelondongan dan orang tua itu pemahatnya. Bentuk dan wujudnya si anak ditentuin sama orang tuanya.. Singkatnya masa depan anak lw ada di tangan lw..! Serem gak sih? 
Seremnya lagi adalah emosi gw yang masih super labil. Lah gimana caranya gw ngasih mental support ke anak gw kalo emaknya aja masih ingusan begini? nanti nangis di pojokan bareng! #hiks

Pokoknya ngurus anak tuh butuh komitmen dan perencanaan yang baik banget deh ya kalo mau anaknya perfect #ups here I go again. Dari sebelom hamil aja udah harus dipikirin tuh bibit-bobotnya. Trus pas hamil harus dijaga bener-bener supaya anaknya gak lahir cacat dan kalau lahir normal usahakan normalnya yang superior hehe. Pas udah lahir, harus sabar ngajarin anak dari 0, harus bisa ngasih respons yang tepat ke tindakan yang dia lakukan (setuju-gak setuju), harus belajar cara ngelarang ke anak, belajar cara apresiasi, macem-macem deh.. (these are the hardest parts I cant seem to master). Serta detail-detail lainnya. (Pernah gak sih lw merasa kesel atau bahagia dengan sikap orang tua lw dan lw catet sebagai dos and don'ts buat nanti pas lw jadi orang tua?? I always do)

Mungkin yang lebih mikirin detail hal ini adalah calon ibu kali yaa, secara tanggung jawab utamanya ada di ibu. Kegagalan anak itu kegagalan ibu loh :(

Trus gw jadi mikir
Da aku mah apa atuh..... makan aja masih dimasakin, LTM aja kelar J-2, suka ilang-ilangan, masih nggak peka, belajar H-4 sumatif, masih plinplan, sering skip, dan bahkan ortu sendiri yang bilang gw masih belom mandiri haha.. kok berani-beraninya mikirin nikah dan punya anak?
Gak segampang itu! Masih banyak yang perlu diperbaiki. Masih ada waktu buat belajar. 

Intinya,, sebaiknya jangan memutuskan untuk punya anak sebelum lw siap dan emg bener-bener bersedia berkorban buat anak lw. (lah gw ngurus Rasya seharian aja sudah habis jiwa dan raga saya... apalagi harus ngurus anak 24/7 sampe dia gede. *mah, makasih yaa udah ngurus adek yang bandel ini :")* )

Yaa semoga jadi renungan aja..
Sampe kapan nggak siap? Mau siap karbid-an? Kasian anaknya, kasian ibunya.
Makanya berubah!