Thursday 30 January 2014

Vacation

Hello, Stalkers!

This is me, live-reporting from Surabaya. I'm not gonna chat too long now, cause I'm being attacked by mosquitos!

So, I never thought that I could visit my sister this year. I never feel convenient to travel away on the last bits of holiday. I feel like I'm obliged to prepare myself for the next term. But, I remember my friend's motto, "Work Hard, Play Hard". But don't forget that in order to gain more, you have to sacrifice more.

Considering this is my last week of holiday (I can't believe that in less than 4 days I'm gonna have to write my LTM again!!! and that is THE WORST part of going back to school), I won't stay long in Surabaya. Tomorrow, very early in the morning, we (including my father) will go back to Jakarta by car. So we're crossing the Java Island, east to west. It's a JavaTrip!!

That's for now. Good night.



"When you focus on the finish line, you won't have to know how far you've run"

Wednesday 22 January 2014

Harga Sebuah Kejujuran

Hai readers..

Berhubung udah malem, jadi gw to the point aja.
Posting kali ini lagi-lagi berisi komplain dan unek-unek yang udah lama gw simpen, yaitu tentang kejujuran. Gw udah gak tahan banget ngeluarinnya, jadi maaf kalo bahasa yg gw pake agak cablak dan poin nya lompat-lompat. Tulisan ini juga berpotensi menyinggung kalian.

Ceritanya, gw baru aja selesai nonton ILC. Gw sangat tidak ahli di bidang hukum dan gw nggak tau secara pasti mana yang bener, mana yang salah. Tapi, gw bisa menilai seseorang sedikit-sedikit dari omongannya.

Topik malam ini adalah tentang migas. Migas itu ibarat keju besar yang aromanya bikin tikus-tikus di sekitarnya ngiler (pajak juga gitu sih sebenernya). Berhubung gw juga tidak ahli di bidang migas tapi gw ahli miayam (apa sih -__-"), jadi gw gak akan bahas tentang seluk beluk SKK migas, dasar hukum, dan kreasi manusia lainnya yang punya banyak celah untuk dilewati itu. Tapi, yang gw soroti adalah kenapa sih koruptor bisa semasif itu di Indonesia?

Mosi ini muncul karena gw sering denger cerita Ayah gw yang seorang akuntan. Dia sering cerita seberapa mudahnya pemangku-pemangku kepentingan di Indonesia kong-kalingkong dan main cincai-cincaian. Seluruh sektor ekonomi yang ada di Indonesia pasti ada koruptornya. Polisi, birokrat, hakim, pejabat, dan pekerjaan sejenisnya juga banyak banget menerima godaan buat meres uang rakyat. Hanya sebagian kecil aja yang imannya masih kuat dan bisa lulus dari ujian itu. Sebagian besarnya pasti (note that: PASTI) pernah nelen uang haram walaupun sedikit. Contoh yang bisa dilihat deh, polisi minta uang "damai" kalo nilang pengendara kendaraan bermotor. Kalo pemerintah beda lagi. Pemilihan tender didasarkan sama pihak yang ngasih komisi paling gede. Udah gitu uang proyeknya dikorupsi. Lagu lama lah ya..

Kapan sih Indonesia bakal bersih dari koruptor?

Apakah saat kita punya ahli-ahli yang sangat kompeten di bidangnya masing-masing? GAK JUGA. Apakah kalian pikir orang-orang yang korupsi itu bodoh? Mereka itu pintar tapi serakah. Buktinya banyak guru-guru besar universitas TOP yang ternyata ketahuan korupsi. MEMALUKAN. Mencoreng almamater sendiri.

Readers,
Orang yang bermain hujan-hujanan ya pasti bakal basah. Kecuali kalo dia ngelindungin dirinya pake jas hujan, ya gak? Sama kayak tubuh kita yang terekspos patogen setiap detik. Tapi kita gak selalu sakit karena kita punya sistem imun. Nah, sistem imun itu menurut gw adalah moral. Maaf-maaf nih, gw juga bukan ahli PKN yang bisa mendefinisikan arti moral menurut para ahli. Menurut gw, intinya, kita butuh sesuatu di dalam diri kita sendiri yang ngingetin kita untuk gak nyeleweng dari ketentuan yang berlaku. Dan menurut gw lagi, moral ini adalah hasil sebuah pendidikan.

Kita tuh harusnya dididik untuk bermoral dari kecil. Salah satu bukti orang bermoral itu adalah jujur. Okelah ada pelajaran PKN, at least kita belajar teori tentang moral. Tapi, buat apa kita belajar teorinya kalo pas ujian tetep nyontek?
Agak curhat sedikit nih. Di semua lembaga pendidikan yang pernah gw ikutin; sekolah, bimbel, dll (kecuali pelatnas sih) pasti aja ada yang curang, ada yang nyontek, ada yang kerja sama, ada yang bohong, ada yang ngasih contekan. Tanpa rasa bersalah, yang penting gak remed. Parahnya, gw pernah menjumpai seorang guru yang tahu kalo si X nyontek. Tapi gak ditegur. Bukankah kalo si X jadi koruptor nanti, guru tersebut salah satu penyebabnya karena gak pernah mencoba memberitahu X tentang arti kejujuran? Dan gw juga pihak yang bersalah sih karena cuma diam.

Kisah lainnya adalah ketika ujian praktik olahraga dimana siswa kelas XII harus lari 6 putaran stadion Sumantri. Larinya itu gerombolan dan berkloter-kloter. Ada batas waktunya juga, readers. Tentu saja, ujian ini melelahkan. Tapi harusnya lelah bareng-bareng dong? Nah, di saat kita semua lagi lari dengan capeknya, ada satu orang yang punya ide untuk bohong. Dia pelari yang lambat dan staminanya gak kuat. Supaya gak remed, dia ngaku udah lari 6 putaran padahal baru 4 putaran. Berhubung ini larinya gerombolan, jadi guru gw nggak ngeh, dia percaya aja. Nyebelinnya, dia ngajak-ngajak yang lain untuk bohong juga (gak mau sendirian gitu). Gw coba bilangin tapi gw gak bisa maksa. Dia udah cukup dewasa.

Ada lagi cerita lain yang bikin gw sakit hati.

Jadi gw pernah dengerin sebuah radio sebut saja radio G. Saat itu acaranya lagi ngebahas tentang hal ngeselin apa yang temen lw pernah lakuin ke lw. Trus, salah satu pendengarnya ada yang ngerespon. Dia bercerita bahwa suatu hari dia lagi ujian. Trus dia udah buntu banget sama soal ujiannya. Akhirnya dia nyontek dari LKS yang diumpetin di bawah mejanya. Trus, temen di depannya ngeliat kecurangan itu dan temennya itu ngelapor ke pengawas kalo dia nyontek. Trus dia malah sewot dan marah-marah. Tapi dia bilang dia BERUNTUNG GAK KETAHUAN karena LKSnya diumpetin di lokasi yang gak mungkin dilihat gurunya. Trus, si pembawa acara radio itu malah ikut menimpali, "gilee nyebelin banget tuh anak. Ngapain sih pake lapor-lapor?"

The moment I heard that, I said "this radio is TOTAL GARBAGE!". Ngajarin yang gak bener ke generasi muda. Pengen gw toyor aja kepalanye. Trus dia bilang apa, beruntung? Apanya yang beruntung, toh kamu malah terperosok ke jurang yang lebih dalam. *emosi emosi emosi*. Segitu cemen nya kah moral pelajar, generasi muda yang bakal mimpin negara ini? Sama soal ujian aja imannya gak kuat, apalagi sama duit bertriliun-triliun? Miris.

Gw nggak bermaksud sok suci. Ini juga sebuah cambuk buat gw untuk menyadari lagi harga sebuah kejujuran yang lama-lama mulai melonjak juga kayak harga daging.

Jadi sebenernya readers, inti post gw kali ini ada di 1 kalimat di bawah. (pembukaannya panjang bener ye?)

Yuk, mulai lagi untuk jujur. Simpel aja, stop lying and don't make excuses.
If you can't tell the truth, then don't tell lies. 

Mohon maaf yaa kalo ada yang tersinggung.
Semoga menginspirasi.





Monday 20 January 2014

Tracking Changes

Hello readers

It is almost midnight but I feel like writing. I can't sleep, my biological clock has shifted during the holiday.
Anyway, the thing that's been bugging me showed up after I met my high school friends 3 weeks ago. Yes, my SP family. I love them so much, seriously. But that's not the point.

So... what is it then?

It's the changes that I saw in them. Actually it's not only them -the SP guys- but everyone I know; childhood friends, best friends, relatives, etc. Sometimes I take a tour on their blog to read their stories, or simply see their photos, checking them out, see how they've been doing.

Have I told you that I'm a guardian-type-of-person based on David Keirsey's temperament theory? One of guardian characteristics is clinging on to the past. I feel uneasy to see something that is not what it's used to be. That's why I told myself a hundred times to always move on.

Back to the story. Most of my friends have changed. Well, I can say they're basically growing on their own chosen path. The one who was always a subdued person becomes an open one. The other one was quite a passive student back in high school but he's an activist now. But what I can't believe is that they're making a rapid progress on love. The ones whom I thought would never get involve in a relationship apparently has gotten themselves a gf/bf. I can see the changes with my bare eyes. The way they think, the way they act, the way they dress, everything.

Not all of the changes are bad, though. Some changes can be a progress, like many of my friends wear hijab now. My other friends seem to show more respect for other people, at least after somebody scolded them.

But then the question is
How would I know that I haven't changed?
How do I keep track of myself?
How can I decide if I'm making a progress?

That's when I started to realize that I need to write. I need to write so that I can see how far I've been running.

------------------------------------------

When I see you
Our memories flash in my mind, like an old movie
It's just that I don't have tapes
to capture every moment and allow me to rewind
to watch our best scene
to enjoy the climax of our tale
Just like a tire will wear out as it spins
My memories will fade out as I age
Leaving blurry trace until I blank out
So I capture it with words
Whenever I miss you I can recite
Recall the voice that once was heard

Thursday 16 January 2014

Don't look back, just keep running

This is not a love verse. This is an oath I made to keep running constantly. Even when the road is steep or full of rocks, all I have to do is keep my feet on the track, open my eyes and ears widely, ready to respond any stimulus. This is a real fight, not a drill. Nothing is more certain than death and yesterday. The undo button is removed, so I've got no choice but to keep moving forward.

                                                       ------------------ oOo ------------------


Untuk apa memiliki?
Jika tak pernah kaupagari?
Tak juga kaurawat sepenuh hati?
Agar ia betah berada di sisimu
Agar serigala yang lapar itu
Tak berani mendekat untuk merebutnya darimu

Meskipun ia meronta-ronta, memanggil namamu
Menjatuhkan diri untuk menarik perhatianmu
Kau terus berpaling, mengacuhkan nalurimu
Meluruhkan harapan mereka,
Sepasang mata yang selalu terjaga
Ketika kau meragukan makna sebelum datang pelita

Penantianku atasnya
tidak lagi sebatas kata-kata yang kutulis
yang kurangkai dan kusesali
Bukan lagi sebuah rencana yang kususun
tapi tak pernah terealisasi

Penantianku atasnya
berganti dengan aksi
Lebih nyata dari sekadar mimpi
Lebih berisi dari kata-kata motivasi


Penantian ini sebuah ambisi

Thursday 9 January 2014

Regret

I know it's so old fashion to bring up this topic. I've written about it like a dozen times and you might start getting bored of the idea just like me getting tired of all these drama. But this is what's happening to me. I can't believe that I literally keep doing the same mistakes and keep regretting for re-doing it.

I have no idea how to make myself regret something that isn't happening yet cause it always comes late. And I hate myself for not doing my best cause I'll look so pathetic. I don't even know why I'm writing it. Jeez.
So this is regret. Enjoy



Is this a suicide?
Cause you're digging your own grave
Playing hero, standing brave
Though it's nobody that you save

But darling don't be afraid of the dark
Cause the darker it seems,
The brighter you'll see the star
So clear that you'll find hope

So before the sun has set
Or the ices melt
Come back and go straight
Cause it'll leave you nothing but regret

Sunday 5 January 2014

Giving

How many people out there seeking for light?
They have eyes, but they are blind
They see colors, but they never know
how beautiful rainbow is
and that gold is worthless without it

How many people out there searching for love?
Hurting their own pride
Crossing the line, wanting for more
While you're resting
in angel's arms

How many people out there waiting to be seen?
When your presence
earns you the crown
without even trying

Many people are blazing like scarlet
Like they can crush everything they find
or conquer every mountain
or shatter every dream

But they don't know,
they're broken

So when they come to you
You become a good runner
Running away into the blue
without burden, without pain
Will you shut your eyes?
Will you throw away your love?
Instead of caring?

But the clock is ticking
So fast that you might lose them
But then suddenly stop
and you might miss them