Cukup kau selimutiku dalam dingin
Sesak sudah kutahan nafas ini
Sekarang aku tak mau sembunyi
Untukmu yang selalu memikirkanku
dari kecil jari-jemariku
hingga luas pemikiranku
dan besar angan-anganku
Aku tak pernah berharap sang bintang padam
Tak juga berdoa turunnya hujan
Aku selalu mecoba melukiskan senyum di bibirmu
pada setiap nafas yang kuhembuskan
Wahai bidadari surga!
yang kelembutannya tak pernah sirna
Aku pun tak pernah ingin membuatmu membelalakan mata
atau menghadirkan sejuta tanya
Kini zamanmu telah lalu
Berganti dengan buah peluhmu
Bagaimana mungkin aku bisa menyalahkanmu?
Sedang akulah saksi semua pengorbananmu?
Aku tak ingin larut dalam waktu lampau
atau tenggelam dalam tangis penyesalan
tapi setiap rangsang sarafku
dan tetes air mataku
Tak dapat kubendung mendengar nada kekecewaanmu
yang tercermin pada matamu yang sayu
Aku tak menyalahkan mereka yang mencelaku
Aku sendiri memaki diri ini
Aku benci jiwaku yang rapuh
Untuk apa aku menutup-nutupi?
Biarlah mereka menganggapku sebagai angin
yang datang dan pergi
tanpa arti
No comments:
Post a Comment
comments